Saturday, March 16, 2013

Bagaimana item Kit membantu strategi penjualan?


Tulisan ini terinpirasi dari diskusi saya dengan beberapa anggota grup JD Edwards Professional di LinkedIn. Dalam blog ini saya ingin berbagi apa filosofi dari item kits di JDE dan bagaimana kit digunakan sebagai sarana strategi penjualan.

Apakah yang dimaksud dengan item?

Mereka yang pernah mengimplementasikan sistem ERP atau back-office yang berhubungan dengan stok umumnya mengenal istilah SKU, singkatan dari Stock Keeping Unit. SKU merupakan kode barang yang kita gunakan dalam transaksi.

Pada JDE, SKU dikenal sebagai item. Tapi, item di JDE mempunyai pengertian yang lebih luas, karena dapat berupa:
  • stok
  • non-stok (berupa barang tapi tidak distok)
  • jasa
  • kit
  • configurator (mirip kit, tapi komponen yang diasembling adalah sesuai permintaan konsumen, seperti penjualan PC dimana konsumen bisa mengkonfigurasi spesifikasi yang diinginkan saat membeli)
  • dll.
Penentuan jenis item ini sangat penting di JDE untuk memberitahu sistem proses yang harus dilakukan saat menerima order dari pemakai. Sebagai contoh penjualan item stok akan menyebabkan sistem menghitung HPP (harga pokok penjualan), sedangkan penjualan item non-stock dan jasa tidak akan pernah dicatat sebagai HPP.

Saya akan menguraikan lebih detail filosofi item JDE dalam halaman blog tersendiri.

Apakah item kit?

Item kit adalah sebuah item asembling dimana proses asembling dilakukan saat terjadi penjualan. Jadi, item kit bukan merupakan item stok dan dia memiliki komponen yang harus diasembling dulu baru dikirim. Komponen dari item kit sendiri merupakan item stok.

Sebenarnya kit juga digunakan dalam proses pembelian. Perbedaannya dengan kit pada penjualan adalah kit dalam proses pembelian lebih ditujukan untuk membeli satu set barang. Adapun proses penerimaan dan penyimpanan tetap berupa komponen-komponen dari kit yang dibeli. Hal ini untuk mencegah proses pembelian salah item komponen atau kurang salah satu item.

Pada JDE, kita mendaftarkan komponen-komponen yang diperlukan dalam membangun sebuah item kit pada aplikasi BOM (Bill of Material). Yang menarik dari pembuatan BOM ini adalah kita bisa menentukan perilaku dari komponen-komponennya. Ada tiga perilaku komponen dari BOM ini:
  1. standard; merupakan komponen-komponen utama
  2. option; merupakan komponen yang bisa dipilih saat order
  3. feature; merupakan komponen untuk menentukan alternatif pilihan.
Dengan demikian kit di JDE tidak hanya membuat suatu item yang berupa set dari komponen-komponen, tetapi juga bisa memberikan pilihan kepada pemakai untuk menentukan alternatif komponen apakah mau termasuk dalam kit.

Item kit dan strategy penjualan

Kemampuan JDE untuk memberikan pilihan pada penyusunan komponen item kit memberikan keleluasan pada pembuatan order tanpa dibebani administrasi item kit. Adanya option dan feature pada item kit ini menyebabkan penjualan bisa lebih dinamis. Sebagai contoh, kita bisa menjual sepeda, kemudian kita memberikan tambahan asesoris yang bisa dipilih oleh pelanggan tanpa harus entry satu demi satu. Pilihan tambahan ini merupakan strategi up-sales.

Strategy berikutnya berhubungan dengan cara penyimpannya. Sebagai contoh kita menjual komputer dalam satu set terdiri dari CPU, memory 2 GB, keyboard, dan mouse. Misalkan kita punya stok 2 buah set dan kemudian datang 2 orang pembeli. Pembeli pertama membutuhkan komputer dengan memory 1 GB, sedangkan pembeli kedua perlu 3 GB memory. Dengan adanya konfigurasi yang kaku menyebabkan kita tidak bisa menjual kepada kedua pembeli ini. Jika tetap dapat menjual kepada kedua pembeli ini tetapi tidak bisa memasukkan dalam sistem. Kit di JDE memungkinkan kita menyimpan memory ini secara terpisah dan baru kita masukkan saat penjualan dilakukan. Sehingga dalam contoh penjualan komputer tersebut masalah administrasi tidak lagi jadi penghalang keleluasaan penjualan.

Dari dua kasus di atas kita bisa melihat bahwa penyusunan item kit di JDE bisa membantu kita melakukan up-sales dan mengurangi hambatan yang mungkin terjadi pada administrasi.

Friday, March 15, 2013

Mengapa saya menulis tentang JD Edwards?


Ide dasarnya adalah ingin berbagi pengalaman seputar sistem JD Edwards. Keinginan ini muncul setelah banyak dorongan dari teman-teman yang sekaligus clients semasa mengaplikasikan sistem ini di perusahaan-perusahan di Indonesia dan beberapa di luar negeri.

Belum pernah mendengar tentang JD Edwards?

JD Edwards adalah sistem ERP (Enterprise Resources Planning) yang biasanya digunakan sebagai back-office. Sistem ini mengintegrasikan aktifitas dari berbagai departemen seperti akunting, penjualan, pembelian, produksi, dll.



JD Edwards bisa disebut sebagai salah satu produk andalan dari +Oracle dengan sasaran perusahaan-perusahaan yang berbasis energi (oil & gas), produksi, rekayasa, dan distribusi. Di Indonesia sendiri pemakainya diantaranya adalah PetroChina, Premier Oil, Chevron, Vinilon, Comforta, Elite, Gistex, Jasuindo, dll.

Yang menarik dari JD Edwards sehingga saya melakoni karir di sistem ini lebih dari 10 tahun adalah teknologi yang disediakan oleh produk ini untuk memungkinkan kita melakukan perubahan pada obyek-obyek aplikasi dalam produk ini secara bebas. Hal ini memungkinkan untuk melakukan perubahan seperlu agar bisa lebih fit dengan kebutuhan dari pemakai.

Jadi...

Inilah JD Edwards - Indonesia, blog yang akan saya gunakan untuk bertukar informasi dengan pembaca Indonesia seputar Oracle JD Edwards. Komentar, masukan, pertanyaan, dan saran akan disambut dengan hati dan pikiran terbuka. Begitu juga sebagai manusia mungkin ada kilaf dan salah kata, mohon maaf dan koreksinya.