Tulisan ini terinpirasi dari diskusi saya dengan beberapa anggota grup JD Edwards Professional di LinkedIn. Dalam blog ini saya ingin berbagi apa filosofi dari item kits di JDE dan bagaimana kit digunakan sebagai sarana strategi penjualan.
Apakah yang dimaksud dengan item?
Mereka yang pernah mengimplementasikan sistem ERP atau back-office yang berhubungan dengan stok umumnya mengenal istilah SKU, singkatan dari Stock Keeping Unit. SKU merupakan kode barang yang kita gunakan dalam transaksi.
Pada JDE, SKU dikenal sebagai item. Tapi, item di JDE mempunyai pengertian yang lebih luas, karena dapat berupa:
- stok
- non-stok (berupa barang tapi tidak distok)
- jasa
- kit
- configurator (mirip kit, tapi komponen yang diasembling adalah sesuai permintaan konsumen, seperti penjualan PC dimana konsumen bisa mengkonfigurasi spesifikasi yang diinginkan saat membeli)
- dll.
Saya akan menguraikan lebih detail filosofi item JDE dalam halaman blog tersendiri.
Apakah item kit?
Item kit adalah sebuah item asembling dimana proses asembling dilakukan saat terjadi penjualan. Jadi, item kit bukan merupakan item stok dan dia memiliki komponen yang harus diasembling dulu baru dikirim. Komponen dari item kit sendiri merupakan item stok.
Sebenarnya kit juga digunakan dalam proses pembelian. Perbedaannya dengan kit pada penjualan adalah kit dalam proses pembelian lebih ditujukan untuk membeli satu set barang. Adapun proses penerimaan dan penyimpanan tetap berupa komponen-komponen dari kit yang dibeli. Hal ini untuk mencegah proses pembelian salah item komponen atau kurang salah satu item.
Pada JDE, kita mendaftarkan komponen-komponen yang diperlukan dalam membangun sebuah item kit pada aplikasi BOM (Bill of Material). Yang menarik dari pembuatan BOM ini adalah kita bisa menentukan perilaku dari komponen-komponennya. Ada tiga perilaku komponen dari BOM ini:
- standard; merupakan komponen-komponen utama
- option; merupakan komponen yang bisa dipilih saat order
- feature; merupakan komponen untuk menentukan alternatif pilihan.
Dengan demikian kit di JDE tidak hanya membuat suatu item yang berupa set dari komponen-komponen, tetapi juga bisa memberikan pilihan kepada pemakai untuk menentukan alternatif komponen apakah mau termasuk dalam kit.
Item kit dan strategy penjualan
Kemampuan JDE untuk memberikan pilihan pada penyusunan komponen item kit memberikan keleluasan pada pembuatan order tanpa dibebani administrasi item kit. Adanya option dan feature pada item kit ini menyebabkan penjualan bisa lebih dinamis. Sebagai contoh, kita bisa menjual sepeda, kemudian kita memberikan tambahan asesoris yang bisa dipilih oleh pelanggan tanpa harus entry satu demi satu. Pilihan tambahan ini merupakan strategi up-sales.
Strategy berikutnya berhubungan dengan cara penyimpannya. Sebagai contoh kita menjual komputer dalam satu set terdiri dari CPU, memory 2 GB, keyboard, dan mouse. Misalkan kita punya stok 2 buah set dan kemudian datang 2 orang pembeli. Pembeli pertama membutuhkan komputer dengan memory 1 GB, sedangkan pembeli kedua perlu 3 GB memory. Dengan adanya konfigurasi yang kaku menyebabkan kita tidak bisa menjual kepada kedua pembeli ini. Jika tetap dapat menjual kepada kedua pembeli ini tetapi tidak bisa memasukkan dalam sistem. Kit di JDE memungkinkan kita menyimpan memory ini secara terpisah dan baru kita masukkan saat penjualan dilakukan. Sehingga dalam contoh penjualan komputer tersebut masalah administrasi tidak lagi jadi penghalang keleluasaan penjualan.
Dari dua kasus di atas kita bisa melihat bahwa penyusunan item kit di JDE bisa membantu kita melakukan up-sales dan mengurangi hambatan yang mungkin terjadi pada administrasi.
Item kit dan strategy penjualan
Kemampuan JDE untuk memberikan pilihan pada penyusunan komponen item kit memberikan keleluasan pada pembuatan order tanpa dibebani administrasi item kit. Adanya option dan feature pada item kit ini menyebabkan penjualan bisa lebih dinamis. Sebagai contoh, kita bisa menjual sepeda, kemudian kita memberikan tambahan asesoris yang bisa dipilih oleh pelanggan tanpa harus entry satu demi satu. Pilihan tambahan ini merupakan strategi up-sales.
Strategy berikutnya berhubungan dengan cara penyimpannya. Sebagai contoh kita menjual komputer dalam satu set terdiri dari CPU, memory 2 GB, keyboard, dan mouse. Misalkan kita punya stok 2 buah set dan kemudian datang 2 orang pembeli. Pembeli pertama membutuhkan komputer dengan memory 1 GB, sedangkan pembeli kedua perlu 3 GB memory. Dengan adanya konfigurasi yang kaku menyebabkan kita tidak bisa menjual kepada kedua pembeli ini. Jika tetap dapat menjual kepada kedua pembeli ini tetapi tidak bisa memasukkan dalam sistem. Kit di JDE memungkinkan kita menyimpan memory ini secara terpisah dan baru kita masukkan saat penjualan dilakukan. Sehingga dalam contoh penjualan komputer tersebut masalah administrasi tidak lagi jadi penghalang keleluasaan penjualan.
Dari dua kasus di atas kita bisa melihat bahwa penyusunan item kit di JDE bisa membantu kita melakukan up-sales dan mengurangi hambatan yang mungkin terjadi pada administrasi.